Awas! Ribuan Ikan Koi Terinveksi Virus CEVD Dengan Tingkat Kematian Yang Tinggi

Berita198 Dilihat

JAKARTA – Petani ikan koi asal Jepang harus waspada, sebab saat ini ribuan ikan koi telah terinfeksi Virus Carpedema virus disease (CEVD) atau biasa disebut koi sleepy disease (KSD).

Karena adanya kasus itu, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah musnahkan lebih dari 1.000 ekor ikan koi asal Jepang tersebut.

Demikian dikatakan Kepala Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Jakarta I, Heri Yuwono di Jakarta, Jumat (19/5/2023). 

Ia mengatakan, virus ini dapat menyebabkan penyakit dan tingkat kematian yang tinggi.

Heri menyebut, ikan yang terinveksi virus CEVD menunjukkan hemoragik dengan pembengkakan (edema) pada jaringan di bawahnya atau menggantung tepat di bawah permukaan air.

Penggemar ikan koi menyebut KSD karena pada ikan yang terpapar berubah lesu dan tidak responsif.

“Virus ini bisa dengan mudah menyebar ke ikan-ikan lain yang sewadah atau sekolam dengan ikan yang sudah terinfeksi,” kata Heri.

BKIPM juga ikut memusnahkan 83,3 kg ikan Hirame atau Paralichthys olivaceus asal Jepang.

Ikan tersebut terinfeksi Viral haemorhagic septicemia Virus (VHSV) sebanyak 83,3 kg. Penyakit ini termasuk dalam penyakit ikan karantina golongan I. 

“Virus ini mampu menginfeksi ikan-ikan air laut dan air tawar, serta dapat menyebabkan kematian dengan tingkat kematian mencapai 90 persen,” tegas Heri.

Untuk diketahui, ikan yang terinfeksi VSHV umumnya menunjukkan adanya pendarahan pada kulit, dan otot daging khususnya bagian dorsal (punggung).

Pada bagian lain, akan ditemukan luka pada bagian organ dalam, yaitu ginjal berwarna merah gelap (phase akut), pembesaran pada limpa dan hati dan insang berwarna pucat. 

VHSV dapat bertahan pada jaringan ikan inang dan dapat kembali menjadi infectious, walaupun jaringan ikan disimpan dalam kondisi beku dalam waktu lama.

“Tentu sangat berbahaya untuk kelangsungan budidaya ikan air tawar dan laut di Indonesia seperti budidaya sidat, belut, betutu, maupun ikan kerapu,” tutur Heri. ***

Komentar