SMRC: Kasus Formula E Bikin Elektoral Anies Terpuruk, Positif Bagi Ganjar

Politik99 Dilihat

JAKARTA – Tak disangka adanya kasus dugaan korupsi Formula E memiliki dampak elektoral. Dimana elektoral Anies terpuruk dan cukup positif bagi Ganjar.

Hal ini disampaikan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Isu Korupsi Formula E dan Pilpres 2024” di kanal YouTube SMRC TV, Kamis, (27/4/2023).

Ia memaparkan, bahwa mengenai dugaan korupsi di Formula E sudah muncul sejak awal penyelenggaraan. Akibatnya, isu itu terus bergulir sampai sekarang.

Saiful Mujani mengatakan, KPK sendiri, isu korupsi ini bahkan dikaitkan dengan penggeseran jabatan di antara pejabat-pejabat penting di lembaga anti-rasuah tersebut.

Sebagian orang beropini bahwa hal ini terkait dengan agenda politik. Ada yang mengaitkan isu korupsi Formula E ini dengan pilpres. Namun ada juga yang berpandangan bahwa ini tidak ada hubungannya dengan politik, tapi murni persoalan hukum.

“Sampai sekarang Ketua KPK diperiksa oleh Dewan Pengawas KPK apakah dia melanggar kode etik ketika dia memindahkan atau memulangkan ke Mabes Polri dua pejabat penting lembaga tersebut. Artinya, kata Saiful, apakah dalam penyelenggaraan Formula E terdapat korupsi atau tidak, menjadi isu yang sangat penting,” kata Saiful Mujani.

Lalu, banyak sih warga yang menyadari atau tahu tentang isu ini? Ternyata, yang tahu atau mengikuti informasi tentang hal ini, apakah mereka melihat di situ memang ada korupsi atau tidak? Kemudian apa hubungan antara persepsi tersebut dengan pilihan pada calon-calon presiden yang paling kompetitif?

Dalam survei SMRC pada Maret 2023, ditemukan bahwa warga yang mengikuti atau mengetahui isu korupsi di Formula E ini hanya 21 persen. Saiful menekankan bahwa walaupun 21 persen dari 200-an juta pemilih artinya sekitar 40-an juta, tapi 21 persen ini masih jauh dari jumlah keseluruhan pemilih.

“Mayoritas (57 persen) dari yang tahu isu tersebut menyatakan yakin korupsi dalam kasus tersebut telah terjadi. Hanya 31 persen yang menyatakan tidak yakin dan 11 persen tidak menjawab,” ucap Saiful Mujani.

Saiful menyebut data tersebut cukup menarik. Betapa tidak, meski yang tahu isu tersebut hanya 21 persen, akan tetapi mayoritas dari yang tahu merasa yakin bahwa korupsi itu benar-benar terjadi.

Saiful menyimpulkan, bahwa kalau yang tahu kasus ini semakin banyak, kecenderungan sentimen negatifnya, yaitu bahwa di situ memang terjadi korupsi, akan semakin besar.

“Masyarakat nampaknya kurang mengikuti isu ini, tapi begitu mereka mengetahui, cenderung negatif, bahwa memang di sana terjadi korupsi,” jelas Saiful. ***

Komentar